"Apa yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih Calon Presiden?"
Menjelang Pemilu saya selalu dihadapkan pada "kebingungan" mengenai siapa Caleg dan pasangan Capres/Cawapres yang akan saya pilih nanti. Berhubung saya bukan anggota, simpatisan apalagi menjadi apa yang disebut Eric Hoffer (1951) sebagai "true believer" dari partai politik atau Capres dan Cawapres tertentu --dan juga tidak memiliki akses yang kuat untuk memperoleh informasi yang "valid" mengenai figur, agenda politik dan program mereka--, pada akhirnya saya hanya mengandalkan informasi dari media massa dan intuisi saja. Di zaman internet seperti sekarang rasanya memang lebih mudah untuk mencari data atau informasi mengenai isu tersebut. Tulisan ini saya dasarkan pada salah satu hasil survei yang paling mudah saya temukan di internet, dan untuk sementara saya anggap cukup mewakili informasi yang saya perlukan. Saya ingin berbagi karena barangkali juga berguna buat kawan yang lain.
Beberapa chart berikut saya cuplik dari temuan survei nasional oleh Poltracking yang diberi judul "Menakar Peta Politik Nasional: Pengaruh Figur Terhadap Konfigurasi Politik 2014." Laporan hasil survei ini telah dirilis pada Januari 2014. Beberapa informasi dasar mengenai metodologi survei ini, sbb.: (a) Jumlah sampel dalam survei ini adalah 1200
responden dengan margin error +/- 2,83% pada tingkat kepercayaan 95%; (b) Stratifikasi kedua: populasi dikelompokan
menurut jenis kelamin: 50% laki-laki, dan 50% perempuan; (c) Pengambilan data survei (penentuan
responden dan wawancara di lapangan) dilaksanakan pada 16-23 Desember 2013; (d) Pengambilan
data dilakukan secara serentak dan nasional di 33 provinsi, secara random.
Saya hanya mencuplik beberapa temuan utama dari survei ini yang saya anggap dapat memberi gambaran memgenai pertimbangan atau alasan masyarakat memilih Capres/Cawapres tertentu. Saya mengesampingan informasi mengenai peluang elektabilitas calon-calon yang namanya sudah muncul di bursa Capres. Sebagai catatan, survei ini dilakukan pada akhir 2013 dan dirilis awal 2014, jadi belum "terpengaruh" oleh dinamika politik terakhir seperti: "sengketa" mengenai status Perjanjian Batu Tulis antara PDI-Perjuangan dan Gerindra; pencalonan Jokowi sebagai Capres dari PDI-Perjuangan; isu "jalan-jalan"-nya Ical ke Maladewa; dll. Beberapa komentar tambahan adalah tafsiran saya sendiri terhadap temuan survei tersebut, sbb:
Suku tidak penting. Ini menarik, karena meskipun responden survei ini 39% mengaku berasal dari etnis Jawa, namun hanya 25% dari total responden yang lebih suka Capres/Cawapres juga berasal dari Jawa. Sementara lebih dari 65% menganggap Capres/Cawapres boleh berasal dari suku apa saja.
Usia bukan pertimbangan utama. Hampir 47% responden menganggap usia tidak menjadi pertimbangan utama bagi mereka dalam memilih Capres. Namun ada hampir 38% responden yang ingin agar Capres 2014 berusia muda. Sayangnya saya tidak temukan ukuran/indikator usia tua dan muda yang digunakan dalam survei ini.
Kapasitas dan karakter diutamakan. Kalau hasil survei ini benar, tampaknya masyarakat sudah tidak terjebak "hantu SARA" yang dimitoskan di masa Orba, dan lebih mengedepankan pertimbangan merit dari para Capres. Terlihat bahwa pertimbangan latar belakang partai, agama, suku dan asal daerah tidak menjadi alasan dominan dalam memilih Capres. Proporsi tertinggi yang menjadi pertimbangan masyarakat adalah kemampuan menyelesaikan masalah (45,95%), diikuti oleh karakter dan kepribadian Capres (32,61%). Jika temuan ini diterima, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat pemilih sudah cukup rasional dalam memilih Capres-nya.
Tampang tidak penting. Masyarakat pemilih tampaknya memang sudah sebel dengan pemimpin atau politisi yang bermasalah, korup dan elitis. Lebih dari 50% responden menginginkan Capres yang bersih/jujur, peduli dan dekat dengan rakyat tegas dan berani. Capres yang berpengalaman dan visioner diinginkan oleh sekitar 49% responden. Sementara hanya seperempat responden yang menjadikan penampilan menarik sebagai pertimbangan yang dianggap penting.
Masalah ekonomi dan hukum menjadi prioritas. Masyarakat menaruh harapan agar Pemilu 2014 menghasilkan Presiden yang memiliki kemampuan mengatasi masalah ekonomi dan hukum.
Informasi mengenai visi/misi dan rekam jejak dipandang penting. Jika informasi ini dapat diterima, maka tampaknya memperkuat temuan sebelumnya bahwa kapasitas dan karakter Capres dipandang penting oleh masyarakat. Karena secara resmi belum masuk masa pencalonan pasangan Capres/Cawapres (nanti setelah Pemilu Legislatif), maka hal ini perlu menjadi pertimbangan pasangan Capres/Cawapres dan Partai pendukungnya nanti untuk diagendakan menjadi bahan kampanye.
Seperempat responden sudah memiliki calon tertentu. Ada lebih dari 27% persen responden yang sudah memiliki calon dan merasa mantap dengan pilihannya. Sementara 56% lainnya masih mungkin akan berubah calon yang akan dipilihnya. Informasi ini tampaknya sejalan dengan chart sebelumnya, bahwa responden masih akan melihat visi/misi pasangan Capres/Cawapres nanti.
Sayangnya dalam laporan hasil survei ini tidak ada informasi pendukung mengenai bagaimana latar belakang ekonomi dan pendidikan responden. Juga bagaimana tingkat paparan media ( akses informasi dan intesitas penggunaan media) yang sangat mungkin dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap figur Capres/Cawapres.
Informasi ini cukup membantu memberi gambaran mengenai kecenderungan persepsi masyarakat mengenai Capres/Cawapres yang diinginkan. Tapi ini baru satu versi saja bukan?. Jadi saya sendiri belum memutuskan siapa pilihan saya nanti. Masih ada waktu...
-----------------------
Sumber: http://www.poltracking.com/publikasi/rilis-riset-dan-survei/371-menakar-peta-politik-2014-pengaruh-figur-terhadap-konfigurasi-politik-2015