Keterampilan Abad 21
(21st
Century Skills)
Oleh: Candra Kusuma
Pengantar
Dalam beberapa tahun terakhir saya pernah terlibat dalam penelitian
bersama beberapa lembaga mengenai pelayanan publik di sektor pendidikan, serta
kaitan antara pendidikan dengan lapangan kerja. Isu yang paling mutakhir saat
ini adalah mengenai Revolusi Industri 4.0, keterampilan Abad 21 (21st Century Skills), dan
dampaknya terhadap pekerjaan dan tenaga kerja.
Ada sejumlah literatur dan referensi yang pernah terbaca dalam proses
tersebut. Tulisan ini adalah kompilasi keterampilan
Abad 21 yang ada di sejumlah literatur tadi. Semoga dapat bermanfaat sebagai
pengenalan dan referensi awal bagi siapapun yang berminat mempelajari keterampilan
Abad 21 dalam konteks perubahan teknologi, sosial, ekonomi dan politik lokal
maupun dan global saat ini.
Keterampilan
yang Dibutuhkan dalam Revolusi Industri 4.0
Ada banyak pendapat dan definisi yang berbeda-beda mengenai
keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan di abad 21 dalam menghadapi peluang
dan tantangan Revolusi Industri 4.0., diantaranya:
1. The
enGauge 21st Century Skills: (Burkhardt et al., 2003)
(1)
Literasi era digital, mencakup:
a) Literasi dasar (basic literacy), literasi ilmiah (scientific literacy), literasi ekonomi (economic literacy) dan literasi teknologi (technological literacy)
b) Literasi informasi dan literasi visual (visual and information literacies)
c) Literasi multikultural - kesadaran global (multicultural literacy
and global awareness)
(2)
Berpikir inventif atau berdaya cipta (inventive thinking), mencakup:
a) Kemampuan adaptasi (adaptability) dan mengelola kompleksitas (managing complexity)
b) Mengarahkan diri sendiri (self-direction)
c) Keingintahuan (curiosity), kreativitas (creativity)
dan penalaran (sound reasoning), termasuk keterampilan mengambil resiko (risk
taking) dan pemikiran tingkat tinggi (higher
order thinking)
(3) Komunikasi efektif (effective communication), mencakup:
a) Bekerja dalam tim (teaming), berkolaborasi (collaboration) dan keterampilan antarpribadi (interpersonal skill)
b) Tanggungjawab pribadi, sosial dan
kewarganegaraan (personal, social and
civic responsibility)
(4) Produktivitas tinggi (high productivity), mencakup:
a) Menyusun prioritas, perencanaan dan pengelolaan
untuk mencapai hasil (priotizing, planning and managing for result)
b) Penggunaan secara efektif alat-alat real-world (effective use of real-world tools)
c) Kemampuan untuk menghasilkan produksi yang
relevan dan berkualitas tinggi.
2. Trilling dan Fadel
(2009) dikutip Chu et al. (2017)
(1) Berpikir inovatif (innovative
thinking)
( (2) Keterampilan teknologi informasi, media dan ICT (information, communication, and technology),
yang disebut juga “literasi digital”
(3) Keterampilan hidup dan karir (life and career skills)
3. National Research Council (2011)
National Research Council mengadakan workshop tahun 2007 dan 2009.
Dirumuskan lima keterampilan yang dikelompokkan dalam tiga kluster berikut: (National
Research Council, 2011), yang juga dikutip (Lai
and Viering, 2012)
(1)
Keterampilan kognisi (cognitive skills)
a)
Penyelesaian masalah tidak
rutin (nonroutine problem solving)
b)
Berpikir kritis (critical thinking)
c)
Berpikir sistem (systems thinking)
(2)
Keterampilan interpersonal (interpersonal skills)
a)
Komunikasi yang rumit/komplek (complex communication)
b)
Keterampilan sosial (social skills)
c)
Kerjasama (teamwork)
d)
Sensitivitas budaya (cultural sensitivity)
e)
Menerima keberagaman (dealing with diversity)
(3)
Keterampilan intrapersonal (intrapersonal skills)
a)
Manajemen diri (self-management)
b)
Manajemen waktu (time management)
c)
Pengembangan diri (self-development)
d)
Pengendalian diri (self-regulation)
e)
Adaptasi (adaptability)
f) Keterampilan mental dan kognisi
untuk menyelesaikan sesuatu dan mencapai tujuan (executive functioning)
4. Davies, Fidler, dan Gorbi (2011); Fabian (2013)
(1) Pemaknaan dunia sekeliling (sense
making)
( (2) Kecerdasan sosial (social
intelligence)
(3) Kebaruan (novel) dan berpikir
adaptif (adaptive thinking)
(4) Kompetensi lintas budaya (cross-cultural
competency)
(5) Berpikir komputasi (computational
thinking)
(6) Literasi media baru (new-media
literacy)
(7) Transdisipliner (transdisciplinarity)
(8) Pola pikir desain (design mindset)
(9) Manajemen beban kognisi (cognitive
load management)
(10) Kolaborasi virtual (virtual
collaboration)
5. Wagner (2008)
dikutip Saavedra dan Opfer (2012)
(1)
Berpikir kritis dan menyelesaikan masalah (critical thinking and problem solving)
(2)
Kolaborasi dan kepemimpinan (collaboration and leadership)
(3)
Lincah dan adaptif (agility and adaptability)
(4)
Inisiatif dan kewirausahaan (initiative and entrepreneurialism)
(5)
Komunikasi lisan dan tulisan yang efektif (effective oral and written communication)
(6)
Mengakses dan menganalisis informasi (accessing and analyzing information)
(7)
Rasa ingin tahu dan imajisasi (curiosity and imagination).
6. AACTE dan P21 (2010)
Mengacu pada skema P21 tentang 21st Century Student Outcomes
and Support Systems, AACTE dan P21 (2010) menjelaskan Core Subjects and 21st Century Themes sbb.:
(1)
Kesadaran global (global awareness)
(2)
Literasi keuangan, ekonomi, bisnis dan
kewirausahaan (financial, economic,
business and entrepreneurial literacy)
(3)
Literasi kemasyarakatan/kewarganegaraan (civic literacy)
(4)
Literasi kesehatan (health literacy)
(5)
Literasi lingkungan hidup (environmental literacy)
Sementara
keterampilan yang mendukung core subjects
tersebut, yakni: (AACTE dan P21, 2010)
(1)
Keterampilan belajar dan inovasi (learning and innovation skills). ini adalah jenis keterampilan yang paling
sering dikaitkan dengan 21st century
skills.
a)
Berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving)
b)
Komunikasi (communication)
c)
Kolaborasi (collaboration)
d)
Kreativitas dan inovasi (creativity and innovation)
(2)
Keterampilan mengelola informasi, media and
teknologi
a)
Literasi informasi (information literacy),
b)
Literasi media (media literacy)
c)
Literasi ICT (information, communications, and technology)
(3)
Keterampilan hidup dan karir (life and career skills). Kehidupan dan
lingkungan kerja saat ini membutuhkan lebih dari sekedar keterampilan berpikir
(thinking skills) dan pengetahuan untuk melaksanakan pekerjaan (content
knowledge).
a)
Fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi (flexibility and adaptability)
b)
Inisiatif dan kemampuan mengarahkan diri
sendiri (initiative and self-direction)
c)
Keterampilan sosial dan lintas budaya (social and cross-cultural skills)
d)
Produktivitas dan akuntabiltas (productivity and accountability)
e)
Kepemimpinan dan tanggungjawab (leadership and responsibility).
7.
Lai dan Viering (2012)
Konstruk Berbasis Penelitian
|
Terminologi dalam P21
|
Terminologi dalam NRC
|
Terminologi dalam ATC21
|
Pemikiran kritis
|
· Belajar dan inovasi –
pemikiran kritis
|
· Kognisi -- pemikiran
kritis
|
· Cara berpikir – berpikir
kritis, penyelesaian masalah, dan pengambilan keputusan
|
Kolaborasi
|
· Belajar dan inovasi –
komunikasi dan kolaborasi
|
· Interpersonal – kompleks,
komunikasi, keterampilan sosial, kerjasama tim
|
· Cara berpikir – komunikasi
dan kolaborasi
|
Kreativitas
|
· Belajar dan inovasi –
kreativitas dan inovasi
|
· Kognisi – penyelesaian
masalah tidak rutin
|
· Cara berpikir –
kreativitas dan inovasi
|
Motivasi
|
· Keterampilan hidup dan
karier – inisiatif, fleksibilitas
|
· Intrapersonal –
pengembangan diri, kemampuan adaptasi
|
· Hidup di dunia – kemampuan
adaptasi, fleksibilitas, mengarahkan diri sendiri
|
Metakognisi
|
· Keterampilan hidup dan
karier – mengarahkan diri sendiri, produktivitas
|
· Intrapersonal –
pengembangan diri, kemampuan adaptasi
|
· Cara berpikir –
metakognisi atau belajar untuk belajar
|
8. Partnership
for 21st Century Skills (2009) dikutip
Lai and Viering (2012)
(1)
Keterampilan belajar dan inovasi (learning and innovation skills)
a) Kreatifitas
dan inovasi (creativity and innovation)
b) Berpikir
kritis dan penyelesaian masalah (critical
thinking and problem solving)
c)
Komunikasi dan kolaborasi (communication and collaboration)
(2) Keterampilan
mengelola informasi, media dan teknologi (information,
media, and technology skills)
a) Literasi
informasi (information literacy)
b) Literasi
media (media literacy)
c) Literasi informasi, komunikasi dan teknologi (information, communications, and technology literacy)
(3)
Keterampilan hidup dan karir (life and career skills)
a) Luwes (flexibility) dan adaptif (adaptability)
b) Inisiatif
(initiative) dan mengarahkan diri
sendiri atas apa yang diinginkan (self-direction)
c)
Keterampilan social dan lintas budaya (social and cross-cultural skills)
d) Produktivitas
(productivity) dan akuntabilitas (accountability)
e) Kepemimpinan
(leadership) dan tanggungjawab (responsibility)
9. The
Assessment and Teaching of 21st Century Skills (ATC 21) (Binkley
et al., 2010) mendaftar keterampilan yang dipelrukan di masa datang, dikutip Lai and Viering (2012), Saavedra dan Opfer (2012) dan Care, Griffin, and Wilson (2018)
(1)
Cara berpikir (ways of thinking)
a) Kreatifitas
dan inovasi (creativity and innovation)
b) Berpikir
kritis (critical thinking)
c)
Penyelesaian masalah (problem solving)
d) Pengambilan
keputusan (decision-making)
e) Metakognisi
(metacognition) atau belajar untuk
belajar
(2)
Cara kerja (ways of working)
a) Komunikasi
dan kolaborasi atau kerjasama (communication
and collaboration or teamwork)
(3)
Peralatan untuk bekerja (tools for working)
a)
Literasi informasi (information literacy)
b)
Literasi teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology
-ICT literacy)
(4)
Hidup di dunia (living in the world)
a)
Kewarganegaraan (citizenship)
b)
Keterampilan hidup dan karir (life and career skills)
c)
Tanggungjawab personal dan social (personal and social responsibility)
10. The Asia Society
The
Asia Society (Soland, Hamilton, dan Stecher,
2013) mengikuti kategori yang dibuat oleh
National Research Council (NRC) yang juga menjadi prioritas yang
diartikulasikan oleh anggota The Global Cities Education Network (GCEN) dan
berbagai organisasi dengan keahlian pada 21st century competencies,
sebagai berikut:
(1) Kompetensi kognitif, termasuk:
a) Muatan akademik, termasuk tapi tidak terbatas pada matematika, sains,
bahasa, seni, bahasa asing, sejarah, dan geografi.
b) Berpikir kritis dan kreatifitas
c)
Kreativitas
(2) Kompetensi interpersonal, termasuk:
a) Komunikasi dan kolaborasi
b) Kepemimpinan
c)
Kepedulian global
(3) Kompetensi intrapersonal, termasuk:
a) Pola pikir pertumbuhan (growth
mindset)
b) Belajar tentang bagaimana cara belajar (learning how to learn)
c)
Motivasi intrinsic (intrinsic motivation)
d) Ketabahan (grit)
11. Suto (2013)
Keterampilan abad 21 menurut
Suto (2013) yang dikutip Child (2016):
(1)
Kreatifitas dan inovasi
(2)
Berpikir kritis
(3)
Penyelesaian masalah
(4)
Metakognisi
(5)
Literasi informasi dan ICT
(6)
Kewarganegaraan
(7)
Komunikasi
(8)
Kolaborasi
12. UNESCO dan UNESCO Bangkok
UNESCO
dan UNESCO Bangkok (2015) mengidentifikasi kompetensi tranversal (kompetensi
lintas disiplin ilmu dan lintas sektor kehidupan manusia), yaitu:
(1) Berpikir kritis dan inovatif
a) Kreatifitas
b) Kewirausahaan
c)
Panjang
akal (resourcefulness)
d) Aplikasi pemikiran reflektif (application reflective thinking)
e) Pengambilan keputusan yang masuk akal
(2) Keterampilan interpersonal
a)
Keterampilan
komunikasi
b)
Keterampilan
berorganisasi
c)
Kerjasama
tim
d)
Kolabosasi
e)
Keramahan
(sociability)
f)
Empati
g)
Kasih
sayang (compassion)
(3) Keterampilan intrapersonal
a)
Disiplin
diri
b)
Kemampuan
untuk belajar mandiri
c)
Fleksibilitas
dan kemampuan adaptasi
d)
Kesadaran
diri
e)
Ketekunan
f)
Motivasi
diri
g)
Kasih
sayang
h)
Integritas
i)
Mengambil
risiko
j)
Harga
diri
(4) Kewarganegaraan global
a)
Kesadaran
b)
Toleransi
c)
Keterbukaan,
Tanggungjawab
d)
Menghormati
keberagaman
e)
Pemahaman
akan etika
f)
Pemahaman
lintas budaya
g)
Partisipasi
demokratis
h)
Penyelesaian
konflik
i)
Penghormatan
pada lingkungan
j)
Identitas
nasional
k)
Rasa
memiliki
(5) Literasi media dan informasi
a) Kemampuan untuk mencari dan mengakses
informasi melalui media ICT, perpustakaan dan arsip
b) Mengekspresikan dan mengkomunikasikan ide
melalui ICT
c)
Menggunakan
media dan ICT untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi
d) Kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi
isi media
13. World Economic Forum (2015), yang juga dikutip UNICEF: (UNICEF, 2017)
Keterampilan yang
diperlukan dapat dibagi dalam tiga kategori, yakni:
(1)
Literasi dasar (foundational literacies)
a)
Literasi (baca dan tulis)
b)
Berhitung
c)
Literasi ilmiah
d)
Literasi finansial
e)
Literasi budaya dan kewarganegaraan
(2)
Kompetensi
a)
Berpikir kritis/penyelesaian masalah
b)
Kreativitas
c)
Komunikasi
d)
Kolaborasi
(3)
Kualitas karakter
a)
Keingintahuan
b)
Inisiatif
c)
Ketabahan/ketekunan
d)
Kemampuan beradaptasi
e)
Kepemimpinan
f)
Kesadaran sosial dan budaya
14. World Economic Forum (2015)
Hasil
survey pada Forum’s Future of Jobs Report 2015 oleh World Economic Forum yang
dikutip Schwab (2016) dan Dimyati
(2018) mengidentifikasi kebutuhan keterampilan pada tahun 2020, yang
secara berurutan sebagai berikut:
(1)
Kemampuan kognisi (cognitive abilities)
(2)
Keterampilan system (system skills)
(3)
Keterampilan menangani masalah kompleks (complex problem skill)
(4)
Keterampilan terkait pengetahuan untuk
melaksanakan pekerjaan (content skill)
(5)
Keterampilan proses (process skill)
(6)
Keterampilan sosial (social skill)
(7)
Keterampilan pengelolaan sumberdaya (resource management skill)
(8)
Keterampilan teknis (technical skill)
(9)
Kemampuan fisik (physical abilities)
15. Act Foundation dan The Joyce Foundation
Hasil
penelitian Act Foundation dan The Joyce Foundation (Williams, 2016)
menyimpulkan ada beberapa keterampilan yang perlu dimiliki di masa depan,
yaitu:
(1) Keterampilan personal (personal
skill)
a) Ketahanan (resilience)
b) Kompetensi lintas budaya (cross-cultural
competency)
c)
Kecerdasan sosial (social intelligence)
(2) Keterampilan berinteraksi dengan orang lain (people skill)
a) Kolaborasi virtual (virtual
collaboration)
(3) Pengetahuan terapan (applied
knowledge)
a) Kebaruan (novel) dan berpikir
adaptif (adaptive thinking)
b) Manajemen beban kognisi (cognitive
load management)
c)
Pemaknaan dunia sekeliling (sense making)
(4) Keterampilan di tempat kerja
a) Literasi media baru (new-media
literacy)
b) Pola pikir desain (design mindset)
c)
Pendekatan transdisipliner (transdisciplinary approach)
d) Berpikir komputasi (computational
thinking)
16. European Commission (2016)
Keterampilan dan
ketangguhan yang diperlukan untuk mengatasi perubahan dunia:
(1)
Kompetensi
a)
Berpikir kritis
b)
Kreativitas
c)
Komunikasi
d)
Kolaborasi
a)
Keingintahuan
b)
Inisitaif
c)
Kegigihan
d)
Empati
e)
Kemampuan beradaptasi
a)
Membaca & menulis
b)
Berhitung
c)
Literasi ilmiah
d)
Penguasaan ICT
e)
Keterampilan bahasa (bahasa ibu dan minimal 1
bahasa asing)
f)
Kepedulian budaya dan kewarganegaraan
17. Lamb (2017)
(1)
Berpikir kritis
(2)
Kreativitas
(3)
Metakognisi
(4)
Penyelesaian masalah
(5)
Kolaborasi dan bekerjasama
(6)
Motivasi
(7)
Percaya pada kemampuani diri sendiri (self-efficacy) dan pusat kendali (locus of control) atau sense of agency
(8)
Kesungguhan hati (conscientiousness)
(9)
Ketekunan (perseverance)
dan disiplin diri (grit)
18. Accenture: (Khan dan Forshaw, 2017)
Accenture
mengidentifikasi beberapa keterampilan baru yang perlu dikembangkan di era
digital ekonomi, yakni:
(1)
Menerapkan We’Q, yaitu keterampilan untuk
berinteraksi, membangun hubungan dan menunjukkan kesadaran diri yang dibutuhkan
untuk bekerja secara efektif dengan pihak lain baik secara fisik maupun
virtual.
(2)
Menciptakan dan menyelesaikan masalah
(3)
Membangun pengetahuan teknologi
(4)
Belajar untuk menghasilkan (learn to earn)
(5)
Mengembangkan pola pikir pertumbuhan (cultivate a growth mindset)
(6)
Mengkhususkan diri untuk bekerja.
Jenjang keterampilan: (Khan dan Forshaw, 2017)
Kelompok
Keterampilan
|
Tingkat
Dasar
|
Tingkat
Menengah
|
Tingkat
Ahli
|
(1)
Belajar untuk
menghasilkan (learn to earn)
|
a)
Literasi
digital
b)
Perhatian yang
focus
c)
Berhitung
d)
Pemahaman
membaca (reading comprehension)
e)
Percaya
kemampuan diri sendiri (self-efficacy)
f)
Memory kerja (working memory)
g)
Menulis
|
a)
Kelayakan kerja
dasar (employability basics)
b)
Berorganisasi
c)
Membuat prioritas
d)
Membuat tahapan
/urutan kegiatan (sequencing)
Pengelolaan waktu |
a)
Perilaku dan
protokol bisnis
b)
Mencari
pekerjaan (seperti: membuat resume/CV dan keterampilan wawancara kerja)
|
(2)
Membangun
pengetahuan teknologi
|
a)
Kesadaran dan
kemampuan untuk menggunakan alat dan program professional
b)
Kesadaran akan
sumber dan aplikasi data
|
a)
Menggunakan/membuat
kode (coding)
b)
Membuat isi (content creation)
c)
Interpretasi
data
d)
Memahami fungsi
dati alat dan program profesional
|
a)
Analisis dan
mengaplikasikan data
b)
Membuat desain
grafis dan visual
c)
Membuat software
|
(3)
Menerapkan We’Q
|
a)
Kolaborasi
b)
Komunikasi
c)
Mendengar
d)
Pengendalian
diri
e)
Kerjasama tim
|
a)
Mendengarkan
secara aktif (active learning)
b)
Pengeturan
emosi diri
c)
Perhatian penuh
(mindfulness)
d)
Negosiasi
e)
Kesadaran diri
f)
Kecerdasan
sosial
|
a)
Pendelegasian
b)
Kepemimpinan
c)
Pengelolaan
laporan langsung dan pengawasan
d)
Pola pikir
pelayanan
e)
Menceritakan (storytelling)
|
(4)
Menciptakan dan
menyelesaikan (create and solve)
|
a)
Penyelesaian
masalah dasar
b)
Kreatifitas
c)
Empati
|
a)
Membuat
keputusan
b)
Menilai/memutuskan
(judgment)
c)
Membuat
pertimbangan logis (logical reasoning)
d)
Merencanakan
dan mengeksekusi
|
a)
Menganalisis
dan membuat kesimpulan
b)
Berpikir kritis
c)
Pendekatan
berbasis solusi (design thinking)
d)
Pola pikir
kewirausahaan
|
(5)
Mengembangkan
pola pikir pertumbuhan (cultivate a growth
mindset)
|
a)
Keingintahuan
b)
Fleksibilitas
c)
Motivasi untuk
belajar
d)
Keterbukaan
e)
Optimisme
f)
Kesediaan untuk
berubah
|
a)
Kemampuan
beradaptasi dan belajar terus menerus
b)
Kelincahan (agility)
c)
Ketabahan dan
ketekunan
d)
Imajinasi
e)
Semangat
|
a)
Kemampuan untuk
memberi dan menerima umpan balik
b)
Pola pikir
global
c)
Pola pikir
pertumbuhan
d)
Ketahanan
|
19. OECD (2018)
(1)
Keterampilan kognisi dan metakognisi (cognitive and meta-cognitive skills),
diantaranya:
a)
Berpikir kritis (critical thinking)
b)
Berpikir kreatif (creative thinking)
c)
Belajar untuk belajar (learning to learn)
d)
Pengaturan diri (self-regulation)
(2)
Keterampilan sosial dan emosional (social and emotional skills)
a)
Empati (empathy)
b)
Kolaborasi efikasi diri (self-efficacy collaboration)
(3)
Keterampilan praktis dan fisik (practical and physical skills), seperti
menggunakan alat dan perlengkapan baru teknologi informasi dan komunikasi.
20. OECD
(2018)
Secara umum konsep-konsep kunci dalam
kerangka pembelajaran dirinci dalam The
OECD Learning Framework 2030 (OECD, 2018), yaitu::
(1) Kemampuan beradaptasi (adaptability)/ luwes (flexibility)/
menyesuaikan diri (adjustment)/
lincah (agility)
(2) Kasih sayang (compassion)
(3) Menyelesaikan konflik (conflict resolution)
(4) Kreatifitas (creativity)/ berpikir kreatif (creative
thinking)/ berpikir inventif/berdaya cipta (inventive thinking)
(5) Berpikir kritis (critical-thinking skills)
(6) Keingintahuan (curiosity)
(7) Empati (empathy)
(8) Keterlibatan (engagement)/ kemampuan komunikasi (communication skills)/ kemampuan berkolaborasi (collaboration skills)
(9) Persamaan (equality)/
keadilan (equity)
(10) Berpikir global (global mind-set)
(11) Berorientasi hasil dan capaian/penyelesaian (goal orientation and completion) (seperti
ketabahan, ketekunan, dll.)
(12) Berterimakasih (gratitude)
(13) Berpola pikir pertumbuhan (growth mind-set)
(14) Harapan (hope)
(15) Martabat manusia (human dignity)
(16) Identitas/identitas spiritual (identity/spiritual identity)
(17) Integritas (integrity)
(18) Keadilan (justice)
(19) Keterampilan manual untuk informasi dan
komunikasi terkait strategi belajar
(20) Keterampilan manual terkait seni dan kerajinan,
musik, keterampilan pendidikan jasmani yang dibutuhkan di masa depan
(21) Keterampilan belajar mandiri (meta-learning skills) termasuk belajar
mengenai keterampilan belajar
(22) Penuh perhatian (mindfulness)
(23) Motivasi (diantaranya, motivasi untuk belajar,
berkontribusi pada masyarakat)
(24) Berpikir terbuka (open mind-set), mengenai pihak lain, ide baru, pengalaman baru
(25) Membuat perspektif (perspective-taking) dan fleksibilitas pemikiran (cognitive flexibility)
(26) Inisiatif/proaktif (pro-activeness)
(27) Keterampilan menyelesaikan masalah (problem solving skills)
(28) Berorientasi tujuan (purposefulness)
(29) Berpikir reflektif/mengevaluasi/memantau (reflective thinking/evaluating/monitoring)
(30) Daya tahan/mampu mengatasi tekanan (resilience/stress resistance)
(31) Hormat (respect),
pada diri sendiri, pihak lain, termasuk keragaman budaya
(32) Tanggungjawab (responsibility) termasuk keyakinan terhadap kemampuan ‘mengontrol’
nasib sendiri (locus of control)
(33) Pengelolaan resiko (risk management)
(34) Kesadaran diri (self-awareness)/ mengontrol perilaku atau regulasi diri (self-regulation)/ mengendalikan diri
sendiri (self-control)
(35) Percaya pada kemampuan diri sendiri (self-efficacy)/ berorientasi positif (positive self-orientation)
(36) Kepercayaan (trust), pada diri sendiri, pihak lain, institusi, dll.
Keterampilan
dan Kompetensi Umum
Tiap ahli dan lembaga di atas memiliki dasar pertimbangan dan pemaknaan
tersendiri mengenai jenis keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan di abad
21 dalam Revolusi Industri 4.0. Merujuk pada konsep dari para ahli dan lembaga
di atas, dalam tulisan ini saya mencoba mengidentifikasi keterampilan yang
diperlukan dapat dibagi dalam tiga kategori, yakni:
(1)
Literasi Dasar (foundational literacies) dan Literasi Ganda (multiple literacies)
Literasi oleh Kerka (dalam Hull et al., 2003) dimaknai sebagai alat
untuk membaca dunia, melalui pengetahuan, keterampilan dan praktik sosial
dengan mana manusia memahami, mengintepretasikan dan menggunakan sistem simbol
system dari budaya yang ada (Kellner, 2002; Street 2003). Secara tradisional,
dalam literasi dianggap tercakup kemampuan dan aktivitas membaca, menulis, dan
berhitung (Gee, 2001). Dalam perkembangannya, literasi memasukkan cakupan
sistem simbol yang lebih luas, mencakup kemampuan membca, menulis, melihat (viewing) dan bicara. Dengan demikian,
menjadi memiliki kemampuan literasi dipahami sebagai kemampuan mengkombinasi
sistem simbol dalam cara yang kompleks untuk menciptakan makna (Snyder, 2002;
Street, 2003).
Sementara itu menurut Hull et al. (2003) sejumlah ahli (Street,
2003; Lankshear dan Knobel, 2003; Cope and Kalantzis, 2000) merumuskan konsep Literasi Ganda (multiple literacies) sebagai cara membaca dunia dalam konteks tertentu,
melalui teknologi, kesehatan, informasi, media, visual, ilmiah, dan lainnya. Lankshear
dan Knobel (2003) mengidentifikasi tiga dimensi yang umum dari multiple literacies, yaitu:
·
Dimensi operasional: kompetensi dengan alat,
prosedur, dan teknik untuk menangani bahasa dengan mahir; membaca dan menulis
dalam berbagai konteks secara memadai
·
Dimensi kultural: kompetensi dengan sistem
makna praktik sosial; memahami teks dalam kaitannya dengan konteks dan
kesesuaian cara membaca dan menulis
·
Dimensi kritikal: kesadaran bahwa
praktik-praktik sosial (termasuk kesusastraan) dibangun secara sosial dan
diseleksi termasuk beberapa nilai, aturan, tujuan dan tidak termasuk yang lain.
Referensi
yang relevan diantaranya lihat: Cope dan Kalantzis (2000); Kress, 2003; Belfiore
et al. (2004); Prinsloo dan Baynham (2008); Masny dan Cole (2009); Moss dan Lapp (2010); Ho, Anderson dan Leong, 2011; Sanford, Rogers dan Kendrick
(2014); Molle et al. (2015); Winograd (2015); Zygouris-Coe (2015); Franck dan Osbeck,
2017.
Beberapa
jenis keterampilan literasi yang diperlukan dalam Revolusi Industri 4.0, diantaranya:
a) Literasi konvensional (baca dan
tulis), yaitu kemauan untuk membaca dan mempelajari berbagai literatur yang
relevan, termasuk menguasai bahasa ibu dan minimal satu bahasa asing, dan
memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (simbol, adegan, video, dan
gambar).
Referensi yang relevan diantaranya lihat: Freire dan Macedo (1987);
Barrat-Pugh dan Rohl (2000); Burkhardt et al. (2003); Collins
dan Blot (2003); Hull ( 2003); OECD (2003); Papen (2005, 2006); Teet, Hamilton dan Hillier (2006); Richmond, Robinson dan Sach-Israel (2008); Sumara (2008); International Reading Association (2009);
Olson dan Torrance (2009); Schmidt dan Thomas (2009); Fisher (2010); Barkas (2011);
Bruns
(2011); Lankshear
dan Knobel (2011); Wyatt-Smith, Elkins dan Gunn (2011); Horning (2012); Berger
et al. (2014); Gee (2015); Rowsell dan Pahl (2015); Iinuma (2016); Wolf (2016); Yasukawa dan Black (2016); Street dan May (2017); Pennington dan Waxler (2018).
b) Berhitung (numeracy), yang secara umum adalah
pemahaman dan kemampuan matematika yang memadai.
Referensi yang relevan diantaranya lihat: Madison dan Steen (2003); OECD (2003);
Teet, Hamilton dan Hillier (2006); Hoyles et al. (2010); Wyatt-Smith, Elkins dan Gunn (2011); Yasukawa dan Black (2016); Büscher (2018).
c) Literasi Ilmiah
(scientific literacy), termasuk mengakses
dan mempelajari berbagai sumber dan bentuk pengetahuan ilmiah. Pengetahuan
dan pemahaman konsep dan proses ilmiah yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan pribadi, partisipasi dalam urusan sipil dan budaya, dan produktivitas
ekonomi.
Referensi yang relevan diantaranya lihat: Roth dan Barton (2004); McKee dan Ogle (2005); Holbrook dan Rannikmae (2009); Knain (2015); Lawless
dan Brown (2015); Hicks, MacDonald dan Martin (2017); Sinaga, Kaniawati dan Setiawan (2017).
d) Literasi
ICT (information,
communication, and technology literacy) atau Literasi Digital, berupa pengetahuan dan keterampilan yang memadai
mengenai pengelolaan informasi dan media, pemanfaatan komputer, dan teknologi lain yang relevan. Contoh
dari kemampuan literasi ICT adalah menggunakan
teknologi sebagai alat untuk melakukan riset, mengorganisasi, mengevaluasi, dan
mengkomunikasikan informasi.
Secara lebih
spesifik, literasi teknologi dimaknai pengetahuan tentang teknologi apa, cara
kerjanya, tujuan apa yang dapat dilayaninya, dan bagaimana itu dapat digunakan
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Literasi informasi
merupakan kemampuan untuk mengevaluasi informasi di berbagai media; mengenali
kapan informasi dibutuhkan; menemukan, mensintesis, dan menggunakan informasi
secara efektif; dan mencapai fungsi-fungsi ini menggunakan teknologi, jaringan
komunikasi, dan sumber daya elektronik. Literasi media dimaknai kemampuan memahami
tentang bagaimana dan mengapa pesan dalam media dikonstruksi; menciptakan
produk media dengan memahami dan menggunakan peralatan, karakteristik, dan
konvensi/kebiasaan yang paling sesuai. Sementara literasi visual adalah kemampuan
untuk menginterpretasikan, menggunakan, menghargai, dan membuat gambar dan
video menggunakan media konvensional dan abad 21 dengan cara yang memajukan
pemikiran, pengambilan keputusan, komunikasi, dan pembelajaran.
Referensi yang relevan diantaranya lihat: Gamble dan Easingwood (2000); ETS (2002); Goad (2002); Thoman (2003);
Andrews (2004); UNESCO-IITE
(2009); Janks (2010); Hoechsmann dan Poyntz (2012); Jones dan Hafner (2012); Baker (2013);
Murray dan Pérez (2014); Wempen (2014,
2015); Savage dan Barnett (2015); Kurbanoğlu et al. (2015, 2016);
Australian Council for Educational Research (2016); Downey ( 2016); IInuma (2016);
Morgan (2016); Piloiu (2016); Cohen, Renken dan Calandra (2017); Ingvaldsen dan Oberg (2017);
Iordache, Mariën dan Baelden (2017); Bailey, Maher dan Wilkinson (2018); Gregory (2018);
Hanbidge, Tin, dan Sanderson (2018);
Moto et al. (2018); Texley dan Ruud (2018).
e) Literasi Finansial/Ekonomi, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi
masalah ekonomi, alternatif, biaya, dan manfaat; menganalisis insentif di
tempat kerja dalam situasi ekonomi; memeriksa konsekuensi dari perubahan dalam kondisi
ekonomi dan kebijakan publik; mengumpulkan dan mengatur bukti ekonomi; dan
menimbang perbandingan biaya dan manfaat. Selain itu mengetahui cara membuat pilihan-pilihan
ekonomi, memahami peran ekonomi dalam kehidupan masyarakat dan global.
Referensi yang relevan diantaranya lihat: OECD (2005); Weaver (2011); Arthur (2012); OECD (2017b);
Saedi dan Hamedi (2018); Sahadeo (2018).
f) Literasi
Budaya dan Kewarganegaraan (cultural
and civil literacy), yaitu kemampuan untuk berinteraksi, mempelajari,
memahami, berkomunikasi dan berpartisipasi secara aktif dan demokratis dalam masyarakat yang beragam.
Di dalamnya termasuk literasi multikultural yaitu kemampuan untuk
memahami dan menghargai persamaan dan perbedaan adat istiadat, nilai-nilai, dan
keyakinan budaya seseorang dan budaya orang lain. Juga kesadaran global yaitu
pengakuan dan pemahaman tentang hubungan timbal balik antara organisasi
internasional, negara-bangsa, entitas ekonomi publik dan swasta, kelompok
sosiokultural, dan individu di seluruh dunia. Sementara literasi
kewarganegaraan adalaj kemampuan belajar tentang bagaimana berpartisipasi
secara efektif dalam kehidupan kemasyarakatan/kewarganegaraan serta menjalankan
hak dan kewajiban kewarganegaraan.
Referensi yang relevan diantaranya lihat: Lisman (1998); Hirsch Jr., Kett, dan Trefil (2002); Schweizer
(2009); Shamshayooadeh (2011); Segal dan Koleva
(2014); SuHua dan Kowalick (2014).
g) Literasi
kesehatan, yaitu kemampuan memperoleh, mengintepretasikan dan memahami
informasi dan pelayanan kesehatan dasar, serta memahami tentang langkah-langkah
pencegahan kesehatan fisik dan mental.
Referensi yang relevan diantaranya lihat: AACTE dan P21 (2010)
h) Literasi
lingkungan hidup, yaitu kemampuan mendemonstrasikan
pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan dan keadaan serta kondisi yang
mempengaruhinya, serta melakukan aksi individu dan kolektif untuk mengatasi
tantangan-tangan lingkungan.
Referensi yang relevan diantaranya lihat: AACTE dan P21 (2010)
(2) Kompetensi
Referensi yang relevan diantaranya lihat: UNESCO-IBE, 2007; UNICEF,
2012; UNESCO & UNICEF, 2013.
a) Berpikir
kritis/penyelesaian masalah
Kemampuan berpikir kritis dapat
dimaknai sebagai kemampuan untuk secara efektif menganalisa, mengevaluasi
bukti, argumentasi, klaim dan kepercayaan;
menyelesaikan berbagai masalah yang tidak familiar baik dengan cara
konvensional maupun inovatif. Sementara kemampuan penyelesaian masalah
terkait dengan kemampuan untuk: Menangani masalah yang bermakna, dalam kehidupan
nyata dan kompleks; mengambil langkah nyata untuk mengatasi masalah; merancang
dan mengelola proyek; memperoleh, memproses, menginterpretasikan dan
menganalisis informasi untuk membuat keputusan berdasarkan informasi yang
memadai (literasi kritis dan digital); terlibat dalam proses kajian untuk
menyelesaikan masalah; membuat hubungan dan mengambil pembelajaran dari situasi
ke situasi lain.
b) Kreativitas, yaitu
motivasi, kemauan dan kemampuan untuk mencoba dan berkreasi dalam berbagai
bentuk dan cara untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan bermanfaat.
Dalam hal ini, kreativitas bermakna dapat berkontribusi
dalam menyelesaikan masalah yang kompleks; meningkatkan konsep, ide atau
produk; mengambil resiko dalam berpikir dan berkreasi; membuat penemuan
berdasar hasil penelitian; dan memimpin dan memotivasi dengan semangat
kewirausahaan yang etis.
c) Komunikasi, yaitu
kemampuan merumuskan dan mengekspresikan pendapat, ide dan konsep, serta
berinteraksi secara sehat dan timbal balik dengan pihak lain; juga mengartikulasi
pemikiran dan ide sacara efektif menggunakan kemampuan lisan dan tulisan dalam
beragam bentuk dan konteks. Komunikasi interaktif (interactive communication), yaitu menghasilkan makna melalui
pertukaran menggunakan berbagai alat, transmisi, dan proses kontemporer, yang
didalamnya termasuk kemampun berkomunikasi secara efektif dalam beragam konteks
baik secara lisan maupun tuisan; mengajukan pertanyaan yang efektif untuk
memperoleh pengetahuan; berkomunikasi menggunakan beragam media; memilih alat
digital yang layak sesuai kebutuhan; mendengarkan untuk memahami seluruh sudut
pandang; memperoleh pengetahuan tentang beragam bahasa; dan menyampaikan opini
dan memperjuangkan ide/gagasan.
d)
Kolaborasi, dalam
arti bekerja bersama dan bekerjasama dengan pihak lain baik secara fisik maupun
digital/virtual. Bekerja dalam tim dan kolaborasi berupa interaksi
koperatif antara dua atau lebih individu yang bekerja bersama untuk memecahkan
masalah, membuat produk baru, atau mempelajari dan menguasai konten. Di dalamya
termasuk kemampuan berpartisipasi dalam tim, dan membangun hubungan yang
positif; belajar dari, dan berkontribusi pada proses belajar bersama pihak
lain; membangun pengetahuan, makna dan isi; mengasumsikan berbagai peran dalam
tim; mengelola konflik; berjaringan dengan beragam kelompok/grup; dan menghargai
perbedaan perspektif.
Referensi yang relevan dengan uraian mengenai kompetensi ini
diantaranya lihat: Wagner (2008)
dikutip Saavedra dan Opfer (2012); Partnership
for 21st Century Skills
(2009); AACTE dan P21 (2010);ATC 21
(Binkley et al., 2010); National Research Council (2011); Lai dan Viering (2012); Suto (2013, dikutip Child 2016); The Asia Society
(Soland, Hamilton, dan Stecher, 2013; Dobbs, Manyika, dan Woetzel (2015); UNESCO dan UNESCO Bangkok (2015); European Commission
(2016); Ontario Government
(2016); Khan dan Forshaw (2017); Lamb
(2017); UNICEF (2017); OECD (2018).
e) Kecakapan
hidup (life skills), mencakup
keterampilan psikososial, keterampilan promosi kesehatan, pencegahan HIV,
keterampilan penghidupan dan pendapatan. Keterampilan hidup merupakan kemampuan
dalam manajemen pribadi dan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berfungsi
secara memadai secara independen. Pada dassarnya merupakan kemampuan
psikososial untuk perilaku adaptif dan positif yang memungkinkan individu untuk
secara efektif menangani tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari. Dikelompokkan
secara longgar menjadi tiga kategori keterampilan yang luas: keterampilan
kognitif untuk menganalisis dan menggunakan informasi, keterampilan pribadi
untuk mengembangkan agen pribadi dan mengelola diri sendiri, serta keterampilan
antar-pribadi untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan orang
lain.
(3) Kualitas karakter
a) Keingintahuan, merupakan dasar perkembangan
pengetahuan dan kemajuan. Keinginan atau
gairah untuk mengetahui dapat mengarah ke langkah berpikir ilmiah, mulai dari menetapkan hal atau masalah yang ingin
diketahui, penyelidikan, membuat dugaan/hoptesis, eksperimen/pengujian dan
membuat kesimpulan (sementara) untuk diuji lebih lanjut.
b) Inisiatif, yaitu kemampuan
mengelola tujuan dan waktu, dalam hal menyusun tujuan dengan kriteria
keberhasilan yang terukur dan tidak terukur, menyeimbangkan tujuan taktis
(jangka pendek) dan strategis (jangka panjang), serta memanfaatkan watu dan
mengelola kegiatan atau kerja secara efektif. Dapat diartikan juga sebagai
kemampuan untuk bekerja secara mandiri, yaitu kemampuan memantau,
mendefinisikan, membuat prioritas dan menyelesaikan tugas tanpa pengawasan
langsung. Inisiatif juga berarti menjadi pembelajar mandiri, yakni melampauai
kemampuan dasar dalam hal keterampilan dan/atau kurikulum untuk mengeksplorasi
dan mengembangkan pembelajaran pribadi dan kesempatan untuk mencapai keahlian,
juga mendemonstrasikan inisiatif untuk meningkatkan keterampilan ke tingkat
professional, mendemonstrasikan komitmen untuk belajar sebagai proses
pembelajaran seumur hidup, serta melakukan refleksi kritis atas pengalaman sebelumnya
dalam rangka memetakan kemajuan di masa selanjutnya.
c) Ketabahan/ketekunan, yang dalam
konteks akademik, didefinisikan sebagai komitmen dan ketekunan dalam
mempelajari tugas dan kegiatan (tujuan jangka panjang) meskipun ada kesulitan
atau hambatan. Ketekunan atau kegigihan akademik umumnya bergantung pada
penetapan tujuan dan menerima penghargaan setelahnya. Konsep ketekunan mengacu
pada karakteristik yang relatif stabil atau berorientasi pada pencapaian tujuan
dan penyelesaian tugas.
d) Kemampuan
beradaptasi, yaitu kemampuan untuk mengubah pemikiran, sikap, atau
perilaku seseorang agar lebih sesuai dengan lingkungan saat ini atau di masa
depan. Juga kemampuan untuk menangani berbagai sasaran, tugas, dan masukan,
sambil memahami dan mematuhi batasan waktu, sumber daya, dan sistem (contoh
organisasi, teknologi).
Intinya, kemampuan beradaptasi adalah kesadaran dan kesiapan untuk
menghadapi setiap keragaman dan perubahan, baik variasi peran, tanggungjawab
pekerjaan, jadwal dan konteks, serta dapat bekerja secara efektif dalam situasi
yang ambigu dan perubahan prioritas. Dalam hal ini juga kemampuan memberikan
umpan balik secara efektif, bersikap positif terhadap pujian, kemunduran dan
kritik, serta kemampuan untuk memahami, mengosiasikan dan membangun keseimbangan
cara pandang dan kepercayaan yang berbeda untuk mencapai jalan keluar yang
dapat dijalankan, khususnya di lingkungan multi-kultural.
e) Kepemimpinan, yaitu keterampilan
interpersonal dan penyelesaian masalah untuk mempengaruhi dan mengarahkan pihak
lain dalam mencapai tujuan, menggunakan kekuatan pihak lain untuk menyelesaikan
tujuan bersama, menginspirasi pihak lain untuk mencapai yang terbaik melalui
pemberian contoh dan perilaku tidak mementingkan diri sendiri, serta
mendemonstrasikan perilaku yang berintegritas dan beretika dalam menggunakan
pengaruh dan kekuasaan. Kepemimpinan juga dikaitkan dengan sikap bertanggungjawab
terhada sesama, yakni bertindak secara bertanggungjawab demi kepentingan
komunitas yang lebih besar.
f) Kesadaran
dan keterampilan sosial dan budaya, diantaranya adalah kemampuan berinteraksi
secara efektif dengan pihak lain, yakni mengetahui waktu yang tepat untuk
mendengarkan dan kapan untuk berbicata, serta berperilaku terhormat dan
bersikap profesional. Juga kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim
yang berbeda, yaitu menghormati perbedaan budaya dan kerja dengan orang-orang
dari beragam latar sosial dan budaya, juga merespon secara terbuka (open-minded) terhadap ide dan nilai yang
berbeda, serta memanfaatkan perbedaan sosial dan budaya untuk menciptakan
ide-ide baru dan meningkatkan baik inovasi maupun kualitas kerja.
Terkait juga dengan
kesadaran untuk berkontribusi terhadap masyarakat dan budaya lokal, global dan
komunitas digital secara bertanggungjawab, akuntabel dan etis, serta terlibat
dalam inisiatif lokal dan global untuk membuat perbedaan. Ada kesadaran untuk belajar
dari dan bersama beragam orang/pihak, berinteraksi secara aman dan
bertanggungjawab dengan beragam komunitas.
Referensi
yang relevan dengan uraian mengenai kualitas karakter ini diantaranya lihat:
The enGauge 21st Century Skills (Burkhardt et al., 2003); Wagner
(2008, dikutip Saavedra dan Opfer 2012); Partnership
for 21st Century Skills
(2009); AACTE dan P21 (2010); Davies,
Fidler, dan Gorbi (2011); National Research Council (2011); Lai dan Viering (2012); Fabian (2013); The Asia
Society (Soland, Hamilton, dan Stecher (2013); European
Commission (2016); Ontario Government (2016); World
Economic Forum (2016); Khan dan Forshaw
(2017); Lamb (2017); UNICEF (2017); OECD (2018).
Bersambung
ke bagian tulisan berikutnya: “Indonesia dalam Revolusi Industri 4.0”
Referensi:
- AACTE and P21 (2010). “21st century knowledge and skills in educator preparation”, paper of collaborative project by the American Association of Colleges of Teacher Education (AACTE) and the Partnership for 21st Century Skills (P21), Washington, September 2010.
- Andrews, Richard (eds.) (2004). The Impact of ICT on Literacy Education. RoutledgeFalmer, London.
- Arthur, Chris (2012). Financial Literacy Education: Neoliberalism, the Consumer and the Citizen. Sense Publishers, Rotterdam.
- Australian Council for Educational Research (2016). “A global measure of digital and ICT literacy skills”, Education for people and planet: Creating sustainable futures for all; background paper prepared for the 2016 Global Education Monitoring Report, ED/GEMR/MRT/2016/P1/4, UNESCO.
- Bailey, Alison L., Carolyn A. Maher, and Louise C. Wilkinson (eds.) (2018). Language, Literacy, and Learning in the STEM Disciplines: How Language Counts for English Learners. Routledge, New York.
- Baker, Kim (2013). Information Literacy and Cultural Heritage: Developing a Model for Lifelong Learning. Chandos Publishing, Cambridge-UK.
- Barkas, Linda Anne (2011). The Paradox of Skills: Widening Participation, Academic Literacy & Students’ Skills Centres. Sense Publishers, Rotterdam.
- Barrat-Pugh, Caroline and Mary Rohl (eds.) (2000). Literacy Learning in the Early Years. Allen & Unwin, New South Wales-Australia.
- Belfiore, Mary Ellen et al. (2004). Reading Work: Literacies in the New Workplace. Lawrence Erlbaum Associates, Inc., New Jersey.
- Berger, Ron et al. (2014). Transformational Literacy: Making the Common Core Shift with Work that Matter. Jossey-Bass, California.
- Bruns, Cristina Vischer (2011). Why Literature: The Value of Literary Reading and What It Means for Teaching. Continuum, New York.
- Burkhardt, Gina et al. (2003). “enGauge 21st Century Skill: Literacy in the Digital Age”, The North Central Regional Educational Laboratory and the Metiri Group, Illinois.
- Büscher, Christian (2018). Mathematical Literacy on Statistical Measures: A Design Research Study. Springer Spektrum, Wiesbaden.
- Care, Esther, Patrick Griffin, and Mark Wilson (eds.) (2018). Assessment and Teaching of 21st Century Skills: Research and Applications. Springer, Cham.
- Child, Simon (2016). “Collaboration in the 21st century: Implications for assessment”, Research Matters, Issue 22, Summer 2016, pp.17-20.
- Chu, Samuel Kai Wah et al. (2017). 21st Century Skills Development Through Inquiry-based Learning: From Theory to Practice. Springer, Singapore.
- Cohen, Jonathan D., Maggie Renken, and Brendan Calandra (2017). “Urban middle school students, Twenty-First Century Skills, and STEM-ICT careers: Selected findings from a front-end analysis”, TechTrends (2017) 61, pp.380–385.
- Collins, James and Richard Blot (2003). Literacy and Literacies: Texts, Power, and Identity. Cambridge University Press, Cambridge.
- Cope, Bill and Mary Kalantzis (eds.) (2000). Multiliteracies: Literacy Learning and the Design of Social Futures. Routledge, London.
- Davies, Anna, Devin Fidler, and Marina Gorbi (2011). Future Work Skills 2020. Institute for the Future, Palo Alto.
- Dimyati, Muhammad (2018). “Tantangan riset di era disrupsi dan globalisasi”, presentasi Direktur Jenderal Pengutan Riset dan Pengembangan - Kemenristekdikti, pada Seminar Nasional Kesiapan Sumber Daya Manusia Indonesia di Era Disrupsi dan Globalisasi, UNPAD-Bandung, 4 September 2018.
- Downey, Annie (2016). Critical Information Literacy: Foundations, Inspirations, and Ideas. Library Juice Press, California.
- Educational Testing Service – ETS (2002). “Digital transformation: A framework for ICT literacy”, a report of the International ICT Literacy Panel, ETS, New Jersey.
- European Commission (2016). “The future work: Skills and resilience for a world of change”,EPSC Strategic Notes, Issue 13, 2016, 10 June, European Political Strategy Center, Brussel-Belgium.
- Fabian, Nelson (2013). “Skill for the future”, Journal of Environmental Health, Vol. 75, No. 7, March 2013, pp.66-67.
- Fisher, Lisa A. (2010). Read, Discuss, and Learn: Using Literacy Groups to Student Advantage. Rowman & Littlefield Education, Maryland.
- Franck, Olof and Christina Osbeck (eds.) (2017). Ethical Literacies and Education for Sustainable Development: Young People, Subjectivity and Democratic Participation. Palgrave Macmillan, Cham.
- Freire, Paulo and Donaldo Macedo (1987). Literacy: Reading the World and the World. Routledge, London.
- Gamble, Nikki and Nick Easingwood (eds.) (2000). ICT and Literacy Information and Communications Technology, Media, Reading and Writing. Continuum, London.
- Gee, James Paul (2015). Literacy and Education. Touledge, New York.
- Goad, Tom W. (2002). Information Literacy and Workplace Performance. Quorum Books, Connecticut.
- Gregory, Jamie (2018). “The information literate student: Embedding information literacy across disciplines with guided inquiry”, Teacher Librarian, 45:5, June 2018, pp.27-34.
- Hicks, Sylvia, Shane MacDonald and Ela Martin (2017). “Enhancing scientific literacy by targeting specific scientific skills”, Teaching Science, Vol. 63, Number 3, September 2017, pp26-37.
- Hirsch Jr., E.D, Joseph F. Kett and James Trefil (2002). The New Dictionary of Cultural Literacy. Houghton Mifflin Company, Boston.
- Ho, Caroline M. L., Kate T. Anderson and Alvin P. Leong (eds.) (2011). Transforming Literacies and Language: Multimodality and Literacy in the New Media Age. Continuum International Publishing, London.
- Hoechsmann, Michael and Stuart R. Poyntz (2012). Media Literacies: A Critical Introduction. Blackwell Publishing, West Sussex-UK.
- Holbrook, Jack and Miia Rannikmae (2009). “The meaning of scientific literacy”, International Journal of Environmental & Science Education, Vol. 4, No. 3, July 2009, pp.275-288.
- Horning, Alice S. (2012). Reading, Writing, and Digitizing: Understanding Literacy in Electronic Age. Cambridge Scholars Publishing, Newcastle-UK.
- Hoyles, Celia et al. (2010). Improving Mathematics at Work: The Need for Techno-Mathematical Literacies. Routledge, Lodon.
- Hull, Glynda A. et al. (2003). “Multiple literacies: A Compilation for Adult Educators”, Center on Education and Training for Employment, College of Education, The Ohio State University, Ohio.
- Iinuma, Mizuno (2016). Learning and Teaching with Technology in the Knowledge Society: New Literacy, Collaboration and Digital Content. Springer, Singapore.
- Ingvaldsen, Siri and Dianne Oberg (eds.) (2017). Media and Information Literacy in Higher Education: Educating the Educators. Chandos Publishing, Cambridge.
- International Reading Association (2009). “New literacies and 21st-Century Technologies: A position statement of the International Reading Association”, International Reading Association, Delaware-USA.
- Iordache, Catalina, Ilse Mariën, and Dorien Baelden (2017). “Developing digital skills and competences: A quick-scan analysis of 13 digital literacy models”, Italian Journal of Sociology of Education, 9(1), pp:6-30.
- Janks, Hilary (2010). Literacy and Power. Routledge, New York.
- Jones, Rodney H. and Christoph A. Hafner (2012). Understanding Digital Literacies: A Practical Introduction. Routledge, London.
- Khan, Nijma and Tessa Forshaw (2017). New Skills Now: Inclusion in the Digital Economy. Accenture, Dublin-Ireland.
- Knain, Erik (2015). Scientific Literacy for Participation A Systemic Functional Approach to Analysis of School Science Discourses. Sense Publishers, Rotterdam.
- Kress, Gunther (2003). Literacy in the New Media Age. Routledge, London.
- Kurbanoğlu, Serap et al. (eds.) (2015). Information Literacy: Moving Toward Sustainability. Third European Conference, ECIL 2015 Tallinn, Estonia, October 19–22, 2015 Revised Selected Papers. Springer, Switzerland.
- Kurbanoğlu, Serap et al. (eds.) (2016). Information Literacy: Key to an Inclusive Society. 4th European Conference, ECIL 2016 Prague, Czech Republic, October 10–13, 2016 Revised Selected Papers. Springer, Cham.
- Lai, Emily R. and Michaela Viering (2012). “Assessing 21st Century Skills: Integrating research findings”, National Council on Measurement in Education Vancouver, B.C., April 2012.
- Lamb, Stephen, Quentin Maire, and Esther Doecke (2017). “Key skills for the 21st Century: An evidence-based review”, Future Frontiers Analytical Report, The Centre for International Research on Education Systems, Victoria University, Melbourne.
- Lankshear, Colin and Michele Knobel (2011). New Literacies. Third Edition. Open University Press, Berkshire-UK.
- Lawless, Kimberly A. and Scott W. Brown (2015). “Developing scientific literacy skills through interdisciplinary, technology-based global simulations: GlobalEd 2”, The Curriculum Journal, Vol. 26, No. 2, pp.268-289.
- Lisman, C. David (1998). Toward a Civil Society: Civic Literacy and Service Learning. Bergin & Garvey,Connecticut.
- Madison, Bernard L. and Lynn Arthur Steen (2003). Quantitative Literacy: Why Numeracy Matters for Schools and Colleges. The National Council on Education and the Disciplines, Washington, D.C.
- Masny, Diana and David R. Cole (2009). Multiple Literacies Theory: A Deleuzian Perspective. Sense Publishers, Rotterdam.
- McKee, Judy and Donna Ogle (2005). Integrating Instruction: Literacy and Science. The Guilford Press, New York.
- Molle, Daniella et al. (eds.) (2015). Multilingual Learners and Academic Literacies: Sociocultural Contexts of Literacy Development in Adolescents. Routledge, New York.
- Morgan, Lori A. (2016). “Developing civic literacy and efficacy: Insights gleaned through the implementation of project citizen”, i.e.: inquiry in education: Vol. 8: Iss. 1, Article 3, pp.1-18.
- Moss, Barbara and Diane Lapp (eds.) (2010). Teaching New Literacies in Grades 4-6: Resources for 21st-Century Classrooms. The Guilford Press, New York.
- Moto, Sangutai et al. (2018). “A Thai junior high school students’ 21st century information literacy, media literacy, and ICT literacy skills factor analysis”, iJET ‒ Vol. 13, No. 9, pp.87-106.
- Murray, Meg Coffin and Jorge Pérez (2014). “Unraveling the digital literacy paradox: How higher education fails at the Fourth Literacy”, Issues in Informing Science and Information Technology, 11, pp.85-100.
- National Research Council (2011). Assessing 21st Century Skills: Summary of a Workshop. The National Academies Press, Washington, D.C.
- OECD (2003). Literacy Skills for the World of Tomorrow: Further Results from PISA 2000. OECD, Paris.
- OECD (2005). Improing Financial Literacy: Analysis of Issues and Policies. OECD, Paris.
- OECD (2017b). PISA 2015 Results (Volume IV): Students’ Financial Literacy. OECD, Paris.
- OECD (2018). “The future of education and skill: Education 2030”, OECD, Paris.
- Olson, David R. and Nanct Torrance (eds.) (2009). The Cambridge Handbook of Literacy. Cambridge University Press, Cambridge-UK.
- Papen, Uta (2005). Adult Literacy as Social Practice: More Than Skills. Routledge, London.
- Papen, Uta (2016). Literacy and Education: Policy, Practice and Public Opinion. Routledge, London.
- Partnership for 21st Century Skills (2009). “21st Century skills, education and competitiveness: A resource and policy guide”, P21, Tucson.
- Pennington, Martha C. and Robert P Waxler (2018). Why Reading Books Still Matters: The Power of Literature in Digital Times. Routledge, New York.
- Piloiu (2016). “Rethinking the concept of “information literacy”: A German perspective”, Journal of Information Literacy, 10(2), pp.78-93.
- Prinsloo, Mastin and Mike Baynham (eds.) (2008). Literacies, Global and Local. John Benjamins Publishing Company, Amsterdam.
- Richmond, Mark, Clinton Robinson, and Margarete Sach-Israel (eds.) (2008). “The global literacy challenge: A profile of youth and adult literacy at the mid-point of the United Nations Literacy Decade 2003 – 2012”, UNESCO, Paris.
- Roth, Wolff-Michael and Angela Calabrese Barton (2004). Rethinking Scientific Literacy. RoutledgeFalmer, New York.
- Rowsell, Jennifer and Kate Pahl (eds.) (2015). The Routledge Handbook of Literacy Studies. Routledge, London.
- Saaedi, Ali and Meysam Hamedi (2018). Financial Literacy: Empowerment in the Stock Market. Palgrave Macmillan, Cham.
- Saavedra, Anna Rosefsky and V. Darleen Opfer (2012). “Teaching and learning 21st Century Skills: Lessons from the learning sciences”, RAND, California.
- Sahadeo, Christine (2018). Financial Literacy and Money Script: A Caribbean Perspective. Palgrave Macmillan, Cham.
- Sanford, Kathy, Theresa Rogers, and Maureen Kendrick (eds.) (2014). Everyday Youth Literacies: Critical Perspectives for New Times. Springer, Singapore.
- Savage, Moira and Anthony Barnett (2015). Digital Literacy for Primary Teachers. Critical Publishing, Northwich-UK.
- Schmidt, Renita and P.L. Thomas (2009). 21st Century Literacy: If We Are Scripted, Are We Literate? Explorations of Educational Purpose 5. Springer Science + Business Media B.V.
- Schwab, Klaus (2016). The Fourth Industrial Revolution. World Economic Forum, Geneva-Switzerland.
- Schweizer, Bernard (2009). “Cultural literacy: Is it time to revisit the debate?” Thought & Action, Fall 2009, pp.51-56.
- Segal, Naomi and Daniela Koleva (eds.) (2014). From Literature to Cultural Literacy. Palgrave Macmillan, Hampshire-UK.
- Shamshayooadeh, George (2011). Cultural Literacy in the New Millennium: Revisiting E.D. Hirsch. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1, No. 8, July 2011, pp.273-277.
- SuHua, Huang and Melanie Kowalick (2014). “The use of multicultural literature to support literacy learning and cultural literacy”, Literacy Learning: the Middle Years, Vol. 22, Number 1, February 2014, pp.16-21.
- Sinaga, Parlindungan, Ida Kaniawati, dan Andhy Setiawan (2017). “Improving secondary school students' scientific literacy ability through the design of better science textbooks”, Journal of Turkish Science Education, Vol. 14, Issue 4, December 2017, pp.92-107.
- Soland, Jim, Laura S. Hamilton, and Brian M. Stecher (2013). “Measuring 21st Century Competencies: Guidance for educators”, RAND Corporation, November 2013.
- Street, Brian V. and Stephen May (eds.) (2017). Literacies and Language Education. Third Edition. Springer, Cham.
- Sumara, Dennis J. (2008). Why Reading Literature in School Still Matter: Imagination, Interpretation, Insight. Lawrence Erlbaum Associates, Inc., New Jersey.
- Teet, Lyn, Mary Hamilton, and Yvonne Hillier (eds.) (2006). Adult Literacy, Numeracy and Language: Policy, Practice and Research. Open University Press, New York.
- Texley, Juliana and Ruth M. Ruud (2018). Teaching STEM Literacy: A Constructivist Approach for Ages 3-8. Redleaf Press, Minnesota.
- Thoman, Elizabeth and Tessa Jolls (2003). “Literacy for the 21st century: An overview & orientation guide to media literacy education. Part I: Theory”, CML MediaLit, a framework for learning and teaching in a media age, Center for Media Literacy, California.
- UNESCO & UNESCO Bangkok (2015). “Transversal competencies in education policy and practice (Phase 1)”, regional synthesis report, 2013 Asia-Pacific Education Research Institute Network (ERI-Net) Reginal Study, UNESCO, Paris.
- UNESCO-IITE (2009). “Digital literacy in education”, Institute fo Information Technologies in Education – IITE Policy Brief , May 2011, UNESCO-IITE, Moscow.
- UNICEF (2017). “Children in a digital world: The state of the world’s children 2017”, report, UNICEF, December 2017, New York.
- Weaver, Frederick S. (2011). Economic Literacy: basic Economics with an Attitude. Third Edition. Rowman & Littlefield Publishers, Maryland.
- Wempen, Faithe (2014). Computing Fundamentals: Digital Literacy Edition. Wiley, West Sussex-UK.
- Williams, Susanna (ed.) (2016). “Future skills: Update and literature review”, prepared for Act Foundation and the Joyce Foundation by Devin Fidler - Institute for the Future, July 2016, Palo Alto.
- Winograd, Ken (ed.) (2015). Critical Literacies and Young Learners: Connecting Classroom Practice to the Common Core. Routledge, New York.
- Wolf, Maryanne (2016). The Literacy Agenda: Tales of Literacy for the 21st Century. Oxford University Press, Oxford.
- World Economic Forum (2015). “New vision for education: Unlocking the potential of technology”, Industry Agenda; The Boston Consulting Group and World Economic Forum - WEF, Geneva-Switzerland.
- Wyatt-Smith, Claire, John Elkins, and Stephanie Gunn (eds.) (2011). Multiple Perspectives on Difficulties in Learning Literacy and Numeracy. Springer, Dordrecht.
- Yasukawa, Keiko and Stephen Black (eds.) (2016). Beyond Economic Interests Critical Perspectives on Adult Literacy and Numeracy in a Globalised World. Sense Publishers, Rotterdam.
- Zygouris-Coe, Vassiliki I. (2015). Teaching Discipline-Specific Literacies in Grades 6–12: Preparing Students for College, Career, and Workforce Demands. Routledge, New York.