Konsep Pengembangan Ekonomi Komunitas
(Community Economic Development - CED)*
Oleh: Candra
Inisiatif community economic
development (CED) sendiri sesunguhnya sudah mulai berkembang sejak terjadi
perubahan kebijakan ekonomi di era
1970-an. Di Inggris dan negara-negara Eropa pada umumnya, pendekatan CED
menjadi alternatif dari pendekatan ‘trickle-down’ yang lebih banyak mengejar pertumbuhan ekonomi. CED memandang bahwa
inklusi sosial dan kemajuan ekonomi, serta kohesi dan persaingan adalah lebih
bersifat saling melengkapi dan bukan isu yang perlu dipertentangkan (Beer, Haughton & Maude eds., 2003). Sementara di USA, CED berkembang
sebagai reaksi atas kegagalan sistem pasar dalam menjamin kesejahteraan masyarakat
(Greer & Gonzales, 2017). Karenanya, sebagai sebuah kajian, CED merupakan
area yang bersifat interdisipliner (Shaffer, Deller & Marcouiller, 2006).
Gagasan dasarnya adalah mengembalikan pembangunan ke komunitas, karena
partisipasi warga yang lebih besar dalam semua tahap perencanaan dan
pelaksanaan dipercaya akan menghasilkan transformasi ekonomi lokal dan
memperbaiki kondisi bagi sektor masyarakat yang lebih luas. Kemajuan hanya akan
terjadi ketika sebuah komunitas melihat dirinya bekerja atas namanya sendiri
dan dipimpin oleh inisiatifnya sendiri (Fasenfest, 1993). Pendekatan CED
bersifat ‘bottom-up’. Eversole (2003)
menyebutnya sebagai “economic development
from the bottom-up”. CED tidak bisa terwujud tanpa pembangunan masyarakat (community development). Keduanya berbeda
namun saling terkait erat, karena meskipun sering memiliki tujuan utama yang
berbeda, namun memiliki satu prinsip yang mendasar, yaitu: pengembangan orang dan
wilayah yang terpinggirkan secara ekonomi, serta memperkuat dan meningkatkan
peluang kehidupan masyarakat di komunitas berpendapatan rendah atau kurang
sejahtera. Gagasan CED memprioritaskan keterlibatan komunitas dalam kemitraan pembangunan
ekonomi antara pemerintah dan sektor swasta dalam membangun komunitas lokal (local community) atau lingkungan
sekitarnya (neighborhood). Lingkungan
dengan kualitas hidup yang baik, perumahan yang baik, dan masyarakat yang
produktif merupakan fondasi bagi pembangunan daerah (Sherraden, Slosar & Sherraden, 2002; Anglin, 2011; Durnik 2012).
CED adalah gabungan dari “community
development” dan “economic
development”. Community development
fokus pada upaya membangun modal sosial dan politik dari komunitas melalui
pengorganisasian komunitas dan membangun institusi lokal (kepemimpinan,
asosiasi bisnis, pemerintahan efektif, organisasi komunitas, dll.). Economic development fokus pada
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kesempatan ekonomi. Ada dua
pendekatan tentang CED, yakni: (a) “Bintang” dari Ron Shaffer (2006), yaitu
sumber daya komunitas, peraturan, masyarakat, pasar, pengambilan keputusan dan
ruang; (b) Kerangka modal komunitas (community
capitals) dari Cornelia dan Jan Flora (2008), yaitu modal finansial,
politik, sosial, manusia, budaya, alam dan fisik (Underwood, Hackney &
Friesner, 2015)
CED merupakan salah satu varian dari konsep local economic development (LED). Helmsing (2001:69-70) mengutip Blakely
(1994) yang berpendapat bahwa ada tiga kategori utama dari LED, yaitu: (a)
Pengembangan ekonomi masyarakat atau CED, yang dapat diterapkan pada lingkungan
pedesaan dan perkotaan. Intinya adalah untuk memfasilitasi diversifikasi
kegiatan ekonomi rumah tangga sebagai cara utama untuk memperbaiki penghidupan
dan mengurangi kemiskinan dan kerentanan; (b) Pengembangan usaha (enterprise development) terdiri dari
inisiatif yang secara langsung menargetkan dan melibatkan cluster perusahaan. Berbeda dengan CED,
kategori ini didasarkan pada spesialisasi dan mengatasi hambatan terhadap
spesialisasi dalam konteks pasar; (c) Pembangunan lokal (locality development) yang mengacu pada keseluruhan perencanaan dan
pengelolaan pembangunan ekonomi dan fisik suatu daerah.
Bessant (2005) mengutip definisi CED dari The Manitoba Departement of Rural
Development dan Manitoba Community Development Corporations Association di Canada
(1998), sebagai berikut:
CED adalah bentuk swadaya yang berusaha mengawinkan
strategi pembangunan sosial dan ekonomi dengan membangun kapasitas di dalam
masyarakat. Proses ini dapat dicapai hanya melalui inisiatif lokal. Kebutuhan
dan kesempatan masyarakat ditentukan oleh input individu dan kolektif, yang
mencerminkan sikap dan nilai lokal yang menjadi fokus dan minat setiap orang.
Keterlibatan masyarakat dipicu saat anggota masyarakat menyadari adanya
kebutuhan atau kesempatan dan tindakan untuk bertindak mengatasi situasi
tersebut, dengan menggunakan sumber daya yang sesuai dan dapat diandalkan.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam CED, diantaranya: (a) CED dimulai
dengan mobilisasi penduduk untuk perubahan dan kemandirian ekonomi; (b) Tujuan
utama CED adalah membangun kekayaan bagi orang miskin dan daerah miskin melalui
koordinasi modal sosial, politik, dan keuangan serta memanfaatkan talenta dan
komitmen masyarakat. (Anglin, 2011). Dalam hal ini, CED memiliki sejumlah
tujuan, yaitu: (a) Menstimulasi kebersamaan masyarakat; (b) Mempromosikan
keswadayaan dan pemberdayaan; (c) Berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja
mandiri; (d) Memperbaiki kondisi kehidupan dan lingkungan kerja di permukiman;
dan (e) Untuk menciptakan layanan publik dan masyarakat (Helmsing, 2001).
Sedangkan prinsip-prinsip CED, diantaranya sebagai berikut:
Sementara menurut Hernandez (2013), karakteristik CED adalah: (a) Berbasis
lokasi (place-based), karena
aktivitas ekonomi dan relasi sosial terjadi di dan diantara tempat tertentu,
yang memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan respon tertentu pula.
Strategi CED fokus pada memperkuat ekonomi ‘lokal’ dan ‘komunitas’, dan
membangun strategi ketahanan local (local
resilience) dengan menekankan pada penggunaan pengetahuan dan sumber daya
lokal (Marley, Halseth, & Manson, 2008); (b) Partisipatori, di mana
masyarakat teribat dalam seluruh proses (Brohman, 1996), dalam pengambilan
keputusan yang berdampak pada mereka (Mbser, 1989); (c) Peduli dengan
keberlanjutan. Partisipasi membuat pembangunan lebih berkelanjutan (Conyers,
1986). Keberlanjutan ini dapat menciptakan aktivitas ekonomi yang bertahan
dalam jangka panjang dan menciptakan kestabilan ketenagakerjaan;, dan (d)
Berbasis aset (asset-based). CED
dimulai dari mengenali aset atau kekuatan yang sudah ada di komunitas (Markey
et al., 2005; Mathie & Cunningham, 2003).
Nilai dan praktik CED membantu membangun landasan yang lebih kuat untuk
mengatasi tantangan utama di masa depan, seperti: (a) Pembangunan yang peduli
pada pelestarian lingkungan sekaligus membuka kesempatan bagi orang miskin
untuk meningkatkan taraf hidupnya; dan (b) Mendukung upaya yang lebih besar
dalam memperkuat daya saing ekonomi kota dan daerah. Karenanya, CED menjadi
alat penting untuk melakukan revitalisasi wilayah dan masyarakat, yang mencakup
berbagai kegiatan, institusi, dan kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas
hidup dan mendorong peluang ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah. CED
membantu warga terlibat dalam melakukan mobilisasi dan membangun aset yang akan
memperbaiki masa depan individu dan kolektif mereka. Aset tersebut meliputi
investasi publik dan swasta, investasi filantropi, modal manusia, jaringan
sosial, sumber daya alam, tradisi budaya, dan kepemimpinan masyarakat (Anglin, 2011). CED mengkombinasikan tujuan untuk meningkatkan keuntungan yang tidak saja
semata bersifat finansial namun juga inklusi dari aspek-aspek lain terkait
kualitas hidup masyarakat setempat (Lejano & Wessels, 2006; Pigg, 2012; Gallardo, 2015)
Pembangunan ekonomi masyarakat terjadi ketika masyarakat di sebuah
komunitas menganalisis kondisi ekonomi masyarakat tersebut, menentukan
kebutuhan ekonominya dan peluang yang tidak terpenuhi, memutuskan apa yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi ekonomi di masyarakat tersebut, dan
kemudian bergerak untuk mencapai ekonomi yang disepakati, tujuan dan sasaran. Teori dan kebijakan pembangunan ekonomi cenderung
berfokus secara sempit pada faktor-faktor produksi tradisional dan bagaimana
cara terbaik untuk dialokasikan dalam dunia spasial. Namun, pengembangan ekonomi masyarakat harus lebih luas daripada hanya
mengkhawatirkan tanah, tenaga kerja dan modal. Dimensi yang lebih luas ini
mencakup modal publik, teknologi dan inovasi, masyarakat dan budaya, institusi,
dan kapasitas pengambilan keputusan masyarakat (Shaffer, Deller & Marcouiller,
2006).
Dalam konsep CED dikenal apa yang disebut sebagai kelembagaan pengembangan
ekonomi masyarakat atau community
economic development institution (CEDIs).
CEDIs adalah istiah yang digunakan untuk menyebut berbagai macam
organisasi berbasis lokal yang terlibat dalam pengembangan ekonomi masyarakat,
yang umumnya merupakan organisasi berbasis komunitas (atau fokus pada
komunitas) dengan misi untuk melakukan pembangunan fisik, sosial, dan ekonomi,
sumberdaya manusia dan wilayah. Ada CEDIs utama yang secara langsung menangani
pengembangan keterampilan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan. Ada juga
organisasi pengembangan masyarakat yang membangun jaringan, modal sosial, modal
manusia, dan kualitas hidup masyarakat. Ada empat tipe CEDI, yaitu: (a) Lembaga
usaha pengembangan komunitas (community
development corporations - CDCs); (b) Perantara pengembangan komunitas (community development intermediaries - CDI);
(c) Lembaga keuangan pengembangan komunitas (community development financial institutions - CDFIs); dan (d)
Pusat pembelajaran komunitas (community
colleges - CCs). Keempatnya setidaknya menjalankan enam fungsi pula, yakni:
(a) Pengembangan bisnis; (b) Pembangunan perumahan dan ruang komersial; (c)
Memberi pinjaman usaha; (d) Asistensi organisasional dan teknis CED; (e)
Pengembangan ketenagakerjaan; dan (f) Program pengembangan komunitas lainnya
(Anglin, 2011).
CDCs merupakan salah satu bentuk CEDI utama yang paling dikenal. Berkembang sejak tahun 1960-an dalam
upaya revitalisasi kawasan perkotaan dan perdesaaan dan mendorong masyarakat
keluar dari kemiskinan melalui upaya mandiri (self-help) dan upaya
komunitas (community action) pasca
Perang Dunia II (Anglin, ed., 2004). CDC
adalah lembaga usaha masyarakat yang dikendalikan oleh penduduk untuk mengatasi
keterbatasan dalam hal kelembagaan pada
masyarakat miskin, di mana mereka terlibat dalam merencanakan dan
mengarahkan berbagai inisiatif dan program ekonomi lokal (Anglin, 2011). Model CDC termasuk: (a) Pengembangan yang
berbasis, berorientasi dan dikontrol komunitas; (b) Integrasi tujuan ekonomi,
sosial dan kultural (seperti: pengembangan bisnis dan ekonomi, ketenagakerjaan,
pelatihan dan perumahan yang layak); (c) Ketergantungan pada waktu dan sumber
daya (seperti: anggota dewan, komite kerja, dukungan administrasi, serta
kepemimpinan dan keahlian lokal); (d) Pendanaan dari beragam sumber; (e)
Reinvestasi di masyarakat; (f) Jaringan, kemitraan, dan kolaborasi antara
institusi swasta dan publik; dan (g) Strategi jangka pendek dan jangka panjang
dalam peningkatan kapasitas komunitas, seperti dalam proyek modal dan pengembangan
aset (Bessant, 2005).
Kunci penggunaan CDC yang efektif dalam pembangunan ekonomi adalah
menyadari bahwa mereka tidak dapat melakukan segala hal, dan tidak seharusnya
diharapkan dapat menggantikan peran pemerintah atau sektor swasta. CDC dapat menjadi
perantara masyarakat yang penting dengan cara yang unik dan tak tergantikan.
CDC dapat memfokuskan suara masyarakat dalam perencanaan dan penyusunan program
community development untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat. Sementara community development intermediaries (CDI) muncul untuk mendukung kebutuhan pengembangan kapasitas (organisasi,
teknis, dan akses terhadap modal) pada organisasi pembangunan berbasis
masyarakat (community-based
development organizations). Mereka
efektif tidak hanya dalam menumbuhkan kapasitas organisasi lokal tetapi juga
menjadi kekuatan untuk memberikan jaminan kualitas sehingga CED dapat
mengupayakankan dukungan terus menerus dari sektor publik dan filantropi.
Perantara juga dapat mendukung dalam hal pemikiran dan advokasi kebijakan bila
diperlukan untuk memperluas dampak CED melalui kebijakan pemerintah (Anglin, 2011).
Perkembangan ekonomi masyarakat telah berkembang terutama, namun tidak
eksklusif, sebagai strategi berbasis lokasi (place-based
strategy). Hasil pembangunan diukur dengan hasil pembangunan
perumahan yang terjangkau, usaha baru yang berjalan, dan lapangan kerja yang
tersedia, di mana semua itu mengarah
pada pembangunan ekonomi di lokasi yang ditentukan secara geografis. CED dan
CEDI sering kali bertindak sebagai mitra pembangunan sektor publik utama di
masyarakat yang terpinggirkan. Dalam hal ini, CED merupakan inovasi kelembagaan
yang penting di mana pemerintah telah bermitra dengan sektor swasta dan nirlaba
untuk mengembangkan jaringan dan strategi kebijakan untuk mengurangi kemiskinan
dan upaya meningkatkan kesejahteraan di masyarakat berpenghasilan rendah.
Kolaborasi merupakan bagian integral dari CED (Sherraden, Slosar & Sherraden, 2002:2011; Anglin, 2011)
CED terdiri dari satu set perantara yang mendukung pembangunan masyarakat
miskin. Beberapa perantara ini dikembangkan untuk membangun kapasitas lembaga
pengembangan ekonomi masyarakat dari berbagai jenis. Institusi perantara (CDI)
seperti lembaga keuangan pengembangan masyarakat (CDFIs), beberapa di antaranya
mendahului pengembangan bidang pengembangan ekonomi masyarakat yang formal dan
telah bekerja dengan organisasi pembangunan berbasis lokal. Misi utama mereka
adalah menyediakan modal yang terjangkau bagi masyarakat miskin, berinvestasi
pada usaha kecil, dan fasilitas di komunitas. CEDIs di tingkat nasional,
regional, dan lokal mengakumulasi modal swasta dan publik untuk pengembangan
masyarakat, menganjurkan kebijakan yang memperbaiki hasil, dan mempublikasikan
pencapaian sistem secara keseluruhan. Sektor publik, filantropi, dan sektor
swasta merasa lebih mudah untuk memberikan bantuan, hibah atau pinjaman kepada
satu agen/lembaga yang dapat mendistribusikan sumber daya daripada berurusan
dengan sejumlah organisasi.
Perantara --baik yang fokus pada dukungan organisasi, ataupun layanan
keuangan-- semuanya dikembangkan dengan keterlibatan langsung dan berkelanjutan
dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Inovasi sektor publik di sini
adalah kepemimpinan pemerintah pusat dalam mendukung jaringan pemangku
kepentingan yang diperluas, seperti filantropis, kelompok kepentingan, dan
praktisi pembangunan ekonomi berbasis masyarakat, semua berupaya untuk
menemukan berbagai cara untuk membangun kapasitas organisasi dan keuangan di
masyarakat miskin. Kekuatan sistem ini adalah kapasitasnya yang tak tertandingi
untuk memobilisasi modal untuk segala macam aktivitas pembangunan ekonomi (Anglin, 2011).
Contoh Pengalaman CED di Canada
Salah satu negara yang menonjol dalam pengembangan dan menerbitkan banyak literatur
mengenai konsep dan pengalaman penerapan CED adalah Canada. Secara teoritik,
CED adalah irisan dari sektor publik, sektor swasta dan organisasi masyarakat
sipil (CSO). Inisiatif CED cenderung tidak mandiri dan mengandalkan dukungan
dari pemerintah, yayasan, dan penyandang dana sektor swasta dalam tahap awal
dan untuk mempertahankan diri mereka sendiri. CED telah menekankan penciptaan
perusahaan sosial (social enterprise):
perusahaan berbasis pasar yang dimulai oleh nirlaba atau tertanam dalam lembaga
nirlaba (Quarter & Mook (2010).
CED adalah strategi di mana
organisasi pembangunan lokal memobilisasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi dan sosial masyarakat. Mereka secara kolektif mencari peluang,
melakukan investasi, inovasi dan mengembangkan kreativitas. Program pemerintah
dan partisipasi sektor swasta dapat digunakan sebagai pendukung. Organisasi masyarakat
yang mewakili kepentingan masyarakat setempat, baik sebagai inisiator dan mengendalikan inisiatif tersebut (Loizides,
1994).
Di Canada, CED adalah gabungan antara tujuan ekonomi dan sosial.
Pembangunan ekonomi dan kegiatan komersial dilakukan untuk mencapai tujuan
sosial seperti pemberantasan kemiskinan atau pemberdayaan masyarakat, sementara
tujuan sosial, seperti kemajuan pendidikan, dilakukan untuk mengembangkan
ekonomi lokal (Mills, 1999; Jackson, 2004).
Dalam catatan Lamb (2011), CED tumbuh menjadi sektor yang signifikan dalam
sosial ekonomi Canada karena melibatkan 1.200 organisasi CED dalam beragam
aktivitas, seperti pengembangan usaha, pengembangan sumber daya manusia,
peningkatan kapasitas komunitas (Toye & Chaland, 2006). Pemerintah federal
dan provinsi di Canada menyadari peran penting CED tersebut dan memberikan
dukungan dalam berbagai tingkatan. Hasil CED tidak hanya diukur dari aspek
ekonomi dan fisik saja, namun juga harus melibatkan indikator kapasitas sosial,
ekonomi dan ekologi dari komunitas, bersama dengan sikap masyarakat terhadap
usaha yang dipilih (Koster & Randall, 2005)
Program CED
dapat meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi dalam hal: (a) Memperluas akses
terhadap modal dan menstimulasi akumulasi aset; (b) Meningkatkan akses lokal
terhadap barang dan jasa konsumen; (c) Memperluas basis wirausaha lokal; (d) Memperluas
kesempatan kerja lokal; (e) Memberi lingkungan lebih banyak kendali atas
kepemilikan sumber daya lokal; dan (f) Menghubungkan penghuni dan bisnis ke
ekonomi daerah (Cordero-Guzmán &
Auspos, 2006; Manitoba Government, 2017).
------------
* Tulisan ini menjadi bagian dari laporan kajian Bappenas 2017 mengenai pengurangan kemiskinan dan ketimpangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar