Candra Kusuma
Bisa jadi, bukan tanpa alasan Alwi Shahab memilih judul buku ini Waktu Belanda Mabuk Lahirlah Batavia.
Karena menurut Abah Alwi –demikian dia kerap dipanggil-- riwayah penamaan Batavia
memang demikianlah adanya. Pada bagian tulisan berjudul “Jenderal Coen, Batavia
dan Belanda Mabuk,” dikisahkannya bahwa:
“Ketika Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen menaklukkan Jayakarta
pada Mei 1619, dia ingin menamakan kota yang baru dibangun dari reruntuhan
puing-puing di Sunda Kelapa ini dengan nama De Hoorn, sebuah kota kelahirannya
yang terletak di salah satu provinsi di Noord Holland (Belanda Utara). Yang merupakan
kawasan nelayan. Tetapi, belum sempat dia menamakannya, tiba-tiba dalam sebuah
pesta kemenangan ada seorang soldadu VOC yang tengah mabuk meneriakkan
kata-kata "Batavia…Batavia…” Entah bagaimana prosesnya, akhirnya kota yang
terletak di muara Sungai Ciliwung dan sekitarnya itu akhirnya bernama Batavia.”
(hal.19-20)
Konon, --menurut Abah Alwi-- Jenderal
Coen tidak ingin kota itu dinamakan Batavia, dan tetap ingin bernama De Hoorn. Tapi
apa daya, ternyata para bos besar VOC di Netherland sana lebih suka nama
Batavia dibandingkan usulan nama dari Coen. Sampai-sampai, selama beberapa
waktu Coen tidak ingin menyebut nama kota itu sama sekali.
Ada 71 tulisan pendek dalam buku
tersebut. Beragam kisahnya, diantaranya tentang pesta pelantikan Gubernur
Jenderal VOC, keberadaan ‘wanita publik’ (semacam pekerja seks komersial
sekarang), penggunaan gas sebagai sumber penerangan, pengoperasian trem, kehidupan
masyarakat Cina, gedung Harmoni, Nyai Dasima, dll. Saya sendiri senang sekali
membaca bagian tentang Meester Cornelis, Jatinegara dan Matraman, karena memang
lahir dan sempat tinggal beberapa lama di kawasan tersebut.
Sebagai wartawan, Abah Alwi
kabarnya tidak sekedar mengandalkan sumber-sumber sekunder dari dokumen atau buku
tentang Batavia/Jakarta. Dia juga rajin mendatangi nara sumber dan
tempat-tempat yang mejadi bahan tulisannya. Selain itu, Abah Alwi juga selalu
berupaya mengkontekskan kisah-kisah tempo
doeloe itu dengan perkembangan yang ada dan kondisi kekinian, berikut kisah
unik, tragis maupun lucu di dalamnya. Foto atau ilustrasi yang ditampilkan juga
cukup membantu memberi gambaran tersebut. Dengan itu pembaca dapat membayangkan
lokasi, pelaku dan bumbu-bumbu peristiwa yang terjadi di masa lalu dengan lebih
mudah dan mengasyikan untuk dibaca.
Menurut saya buku ini dan karya
Abah Alwi lainnya sangat penting. Tidak saja bagi warga Jakarta, namun juga
bagi semua orang yang ingin mengetahui sejarah Batavia/Jakarta, baik sebagai
ibukota negara maupun sebagai pusat pemerintahan VOC dan kolonialis Belanda
selama ratusan tahun di Nusantara.
------
*Alwi
Shahab, seorang wartawan senior kelahiran Jakarta tahun 1936. Pernah bekerja selama
30 tahun di Kantor Berita Antara (1963-1993). Sejak 1993 bekerja di H.U. Republika,
mengasuh rubrik Sketsa Jakarta dan Nostalgia, yang mengangkat persoa;an Kota
Jakarta dan kisah-kisah tempo dulunya. Selain artikel, Abah Alwi juga menulis sejumlah buku, diantaranya: buku, 2001 Alwi Shahab mengeluarkan buku Robin Hood Betawi (2001); Betawi: Queen of the East (2002); Saudagar Baghdad dari Betawi (2004); Oey Tambahsia Playboy Betawi (2007).
Sumber:
- Alwi Shahab (2013). Waktu Belanda Mabuk Lahirlah Batavia. BUKU REPUBLIKA.