Baca

Baca

Selasa, 11 Maret 2014

"Ketidakadilan Tak Mengenal Ideologi...."



Ini buku tentang kesaksian sejumlah orang yang pernah dianggap sebagai ancaman dan musuh Orde Baru. Cerita pertama dari Hasan Raid, seorang Muslim sekaligus komunis. Cerita lain datang dari para mantan tahanan politik yang bertahun-tahun dipenjara di Pulau Buru. Juga ada cerita dari Utuy Tatang Sontani seorang sastrawan yang menjadi exile di Moskow-Rusia. Dari sisi yang lain, juga ada kesaksian dari sejumlah tokoh Muslim yaitu A.M. Fatwa dan Deliar Noer. Yang menarik, juga ada cerita dari sejumlah mahasiswa Muslim yang bergerak di saat-saat kejatuhan Orde Baru.

Untuk mereka yang telah biasa membaca cerita dari mengenai para "musuh Orba" mungkin buku ini menjadi kurang menarik. Karena garis besar persoalannya sangat tipikal dan klasik, terlebih buku ini ditulis dalam bahasa Inggris. Jadi -- tanpa mengurangi rasa hormat pada penulis dan para pemberi testimoni -- buku ini bolehlah dibaca dan dikutip seperlunya saja  :)

Meskipun demikian, buat saya, buku ini berhasil mengingatkan bahwa ketidakadilan itu tidak dapat diidentikkan dengan dan/atau dilakukan oleh ideologi tertentu saja: apakah itu komunis, liberal, Islam, Hindu Fundamentalis, Budha Radikal, dll. Namun, ketidakadilan sangat mungkin diciptakan oleh negara, penguasa atau pemenang dari suatu persaingan politik atau konflik, apapun ideologi resmi yang di-klaim-nya. Itulah mengapa, di Indonesia pasca peristiwa 1965 banyak jatuh korban dari pihak (yang sebagian besar dituding) komunis. Sementara di Kamboja, Partai Komunis disana justru yang melakukan pembantaian terhadap mereka yang dituding anti komunis. Banyak mantan pimpinan partai komunis disana banyak yang pada tahun-tahun belakangan ini diadili dan didakwa telah melanggar HAM. Begitu pula kelakukan para penguasa tunggal seperti di banyak di negara Asia dan Afrika khususnya. Setidaknya kita bisa banyak melihat apa yang sesungguhnya dilakukan Khadafi di Libya dan Keluarga Kim di Korut terhadap lawan politik dan rakyatnya sendiri. 

Ini juga yang menurut saya perlu saya ingat pada saat menonton atau membicarakan film "Jagal" yang sedang trend awal 2014 ini, misalnya. Apa yang diceritakan dalam film tersebut mungkin banyak benarnya. Tapi simpati harus hanya ditujukan pada para korban (apapun "ideologi" yang disematkan kepadanya), dan bukan pada kubu-kubu politik yang digambarkan dalam film tersebut.

(Lanjut nanti deh ya...)

----------------------
Judul          : Of Self and Injustice: Autobiography and Repression in Modern Indonesia
Penulis       : C.W. Watson
Penerbit     : KITLV, Leiden
Tahun        : 2006

Tidak ada komentar: